Aku Telah Melihat Allah
"Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!" (Kejadian 32:22-32)
Pdt. Togu Sihite
10/18/20254 min read
Beberapa bulan lalu saya menghabiskan musim panas di Kota Bonn, Jerman untuk menulis sebuah makalah. Di sana, saya menghabiskan hari-hari di perpustakan universitas dan national kota Bonn. Suatu hari ketika hendak pulang ke penginapan, saya dihentikan oleh seorang atheis tepat di depan perpusatakaan. Kenapa saya bisa katakan dia adalah atheis? Sebab dari awal dia bertanya apakah saya percaya Tuhan. Lantas saya menjawab ya! Dia kemudian memberikan statement bahwa kita tidak bisa membuktikan Tuhan dan tidak bisa melihatnya. Lalu dia menimpali dengan berkata bahwa Tuhan itu tidak ada. Saya lantas dengan senyuman menjawab, bahwa Tuhan adalah Roh, kita tidak bisa menggenggam dan mengatur-Nya semau kita. Dia bisa datang jika Dia mau. Roh itu tidak dapat diukur dan dilihat dengan kasat mata. Kemudian saya lanjutkan, jika Tuhan bisa saya tunjukkan dengan segampang yang ada dipikiran anda, maka itu bukan Tuhan. Sebab Tuhan itu tidak bisa diatur oleh pikiranmu dan tak terjangkau oleh ilmumu. Pria tersebut pun diam dan mencoba menyanggah. Namun saya tak punya waktu meladeni orang tersebut karena hari sudah sore dan saya juga lapar dan lelah.
Sepenggal pengalaman di atas mengajak kita untuk bertanya: Apakah kita telah melihat Allah? Tema khotbah minggu ini sedikit banyak menggugah saya secara pribadi bagaimana kita harus memahami tema khotbah ini. Apalagi jika pembacanya khotbah ini adalah atheis. Hemat saya, tema ini baiknya dipahami sebagai pengakuan dan kesaksian kita sebagai orang percaya yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan di dalam Roh lewat persekutuan-persekutuan orang beriman. Tentu saya percaya jika Tuhan ingin tunjukkan rupa-Nya kepada seseorang, Dia mampu melakukan-Nya. Kita, bahkan telah memperoleh kesaksian lewat berita Injil bagaimana Yesus Kristus yang hadir di tengah dunia ini adalah Firman TUHAN. Oleh Yesus Kristus, Allah yang tak terlihat oleh mata kemanusiaan kita menjadi tampak.
Teks khotbah minggu merupakan narasi tentang Yakub yang hendak pulang ke tanah orangtuanya. Akan tetapi, dia takut bertemu dengan Esau, saudara laki-lakinya. Esau sendiri pernah berujar hendak membunuh Yakub karena Yakub telah mengambil berkat hak kesulungannya (lih. Kej. 27:41-28:9). Nah, sebelum dia bertemu dengan Esau, Yakub bergumul dengan Allah dan menang. Perihal yang penting dari teks khotbah ini, satu sisi, adalah Yakub melihat Allah. Di sisi yang lain, beberapa teks Alkitab menerangkan bahwa tidak ada yang bisa melihat Allah, sebab jika melihat Allah maka akan mati (lih. Keluaran 33:20; Hak. 13:22). Yakub sendiri mengakuinya bahwa siapa yang melihat Allah akan mati, tetapi dia tidak dengannya (lih. ay. 30). Lantas, apa yang mau disampaikan kepada kita lewat teks khotbah ini? Mari kita simak!
Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?
1. Allah kita adalah Allah yang memberkati.
Teks khotbah ini haruslah dipahami di dalam bingkai secara keseluruhan dimana TUHAN Allah yang memilih Israel menjadi umat-Nya untuk menjadi berkat atas dunia (Bnd. Kej. 12:3). Selanjutnya, narasi-narasi terkait Yakub memperlihatkan bagaimana Israel menjadi umat Tuhan dan bangsa yang besar. Khususnya, teks khotbah ini memperlihatkan bagaimana Yakub diberkati oleh TUHAN agar janji TUHAN kepada Abraham menjadi nyata. Tidak sedikit para sarjana Alkitab yang menyebut teks ini sebagai etiologi dari munculnya Israel, Pneil, dsb. Walaupun demikian, narasi tentang Yakub bergumul dengan Allah ini memperlihatkan sebuah proses dimana Allah memberkati Yakub. Kata memberkati di sini juga dipakai di dalam teks, yakni barakh. Berkat yang diberikan oleh Allah kepada Yakub memampukannya untuk bertemu dengan Esau. Secara psikologi, Yakub tidak tenang dan penuh ketakutan karena dia akan bertemu Esau (lih. 32:11). Dia bahkan menyusun strategi ketika hendak bertemu dengan Esau (lih. 32:13-20). Hingga akhirnya, dia bergumul dengan Allah sebelum bertemu dengan Esau, Kakaknya. Pergumulan ini merupakan momen di mana Allah memberkati Yakub. Selain itu, pergumulan ini yang memampukan Yakub untuk bertemu dengan Esau. Dari sini kita dapat melihat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan Yakub sejak dia meninggalkan rumah orangtuanya. TUHAN Allah bahkan berjanji kepadanya bahwa TUHAN akan memberikannya tanah dan menjadikan keturunannya seperti debu banyaknya (lih. Kej. 28:13-14).
Dengan demikian, firman Tuhan ini menegaskan bahwa Allah kita adalah Allah yang memberkati. Allah kita tidak akan pernah ingkar kepada janji-Nya. Dia senantiasa memelihara dan menyediakan setiap kebutuhan kita. Dia bahkan turut serta di dalam pergumulan kita. Yakub telah memperlihatkannya bagi kita bahwa Allah kita adalah Allah yang memberkati.
2. Bergumul di dalam Tuhan.
Teks khotbah ini kemudian mengajak kita untuk menunaikan tugas panggilan kita, yakni bergumul di dalam Tuhan. Kata yang digunakan adalah Ibr. Sarah yang dapat diartikan bergumul, berjuang, berusaha, memenangkan. Di dalam pasal 32 kitab Kejadian ini, kita membaca bahwa ketakutan utama Yakub adalah kakaknya, Esau. Itu adalah pergumulan yang begitu luar biasa baginya. Akan tetapi, sebelum dia berjumpa dengan Esau, Allah mempersiapkannya. Yakub diberkati Allah lewat proses bergumul dengan Allah. Selanjutnya, jika kita membaca narasi perjalanan Yakub sejak dia meninggalkan rumah orangtuanya hingga hendak pulang, kita akan melihat bagaimana Yakub senantiasa menyertakan TUHAN di dalam setiap tantangan hidupnya. Setiap pergumulan, Yakub menyerahkannya kepada TUHAN. Tiba waktunya menghadapi pergumulan yang paling hebat, yakni bertemu dengan Esau, Yakub juga bergumul, bahkan Alkitab mengambarkan pergumulan itu secara fisik, yang memperlihatkan bahwa TUHAN turut serta di dalam pergumulannya.
Sebagai orang percaya kita diingatkan bahwa pergumulan berupa tantangan dan persolan hidup adalah bagian dari hidup kita. Yesus Kristus bahkan tidak pernah mengatakan bahwa hidup kita akan tanpa tantangan, sebaliknya Dia berseru agar kita menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia (lih. Mat. 16:24). Dia dalam Roh-Nya akan bersama-sama dengan kita bergumul di dalam setiap tantangan dan persoalan kita. Ingatlah bahwa TUHAN tidak memiliki pergumulan, melainkan Dia turut bersama kita agar kita mampu menghadapi setiap pergumulan hidup. Sebab tanpa Dia, kita tidak akan mampu bertahan. Kristus telah memperlihatkannya bagi kita, lewat pengorbanan-Nya, kita dimenangkan dari dosa dan maut.
3. Kita telah melihat Allah.
Berita suka cita di minggu ini adalah bahwa kita telah melihat Allah. Yesus Kristus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.” (Mat. 5:8). Yesus Kristus telah memberitahu sebuah jalan bagaimana kita dapat melihat Allah, yakni dengan memiliki kesucian hati. Hati yang suci tampak dari tindakan dan perbuatan yang mencerminkan cinta kasih Allah. Pada dasarnya, orang yang suci hatinya memiliki kasih. Karena di dalam kasih kita mampu untuk berjumpa dan merasakan Allah, sebab Allah itu adalah kasih (1 Yoh. 4:7). Apa hal yang luar biasa dari melihat Allah? Seperti Yakub yang telah alami, yakni kemenagan. Wajah Allah, di dalam tradisi Timur dekat kuno, memiliki makna akan kehadiran Allah. Kehadiran Allah tersebut adalah jaminan akan penyertaan-Nya.
Kita yang percaya telah ditebus oleh Yesus Kristus, adalah orang-orang yang telah melihat Allah sebab di dalam Kristus saja ada jalan menuju Bapa (Bnd. Yoh. 14:6). Di dalam Kristus, yang adalah Firman, Allah yang tak terlihat menjadi tampak di dalam wujud manusia. Kini kita yang hidup di masa yang penuh dengan serba modern ini untuk mengingat bahwa Allah mampu dan sanggup untuk hadir kepadamu di dalam Roh. Mintalah agar Roh memampukanmu melihat kehadiran-Nya di dalam kehidupanmu. Percayalah bahwa engkau telah melihat Allah di dalam Roh-Nya lewat persekutuan dan tindakan kasih.
Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!
TS
Read original here