Bertobatlah Kerajaan Sorga Sudah Dekat
"Oleh karena itu bertobatlah! Sebab dunia ini ibarat ladang luas yang siap dipanen. Hasil yang baik dan yang tidak baik akan dipisahkan! Dia yang datang sesudah saya akan menghakimi dunia ini dan memisahkan setiap orang yang jahat dari antara orang benar. Orang-orang benar itu akan hidup bersama-Nya. Tetapi semua orang jahat akan dilemparkan ke dalam api yang tidak pernah padam." (Matius 3: 1-12)
Pdt. Togu Sihite
12/5/20255 min read
Awal tahun ini, teman satu apartemen saya merayakan hari ulang tahunnya. Untuk merayakannya, dia mengundang hanya teman-teman terdekatnya, yang tidak lebih dari 6 orang. Lalu, dia juga mengundang saya dan meminta bantuan untuk mempersiapkan segala sesuatu. Saya pun dengan senang hati membantunya menghias ruang tamu dan dapur. Selain itu, saya juga membantunya memasak untuk para tamu. Teman saya begitu perfeksionis, bahkan sejam sebelum waktu yang diundang dia mengevaluasi seluruh persiapannya. Ruangan telah tertata rapi. Makanan yang lezat telah dipersiapkan dengan baik. Kue ulang tahun dan berbagai aksesoris untuk perayaan ulangtahun pun telah tersedia. Dia juga telah tampak rapi memakai pakaian yang baru dan indah. Saya pun kagum dengan persiapannya yang begitu detail. Seluruh temannya yang datang juga bersukacita dengan pesta kecil dan sederhana namun terasa elegan. Persiapan yang matang menjadi kuncinya dalam menyambut tamu undangan yang datang.
Peristiwa sederhana di atas mengigatkan bahwa persiapan dan mempersiapkan diri itu penting. Terlebih ketika menyambut dan menjamu tamu yang datang ke rumah kita. Nah, teks khotbat minggu ini juga mengajak para pembaca untuk mempersiapkan diri dalam menyambut Kerajaan Sorga yang sudah dekat. Di dalam teks ini, Injil Matius menggambarkan Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi Yesus. Selain itu, dia juga mengajak semua orang untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan (ay. 3). Apa dan bagaimanakah jalan itu kita persiapkan di masa kini? Mari kita perhatikan sebagai berikut ini.
Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamasikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?
1. Allah akan menghakimi setiap orang.
Sejak dua minggu lalu, tepatnya akhir tahun gerejawi, pembaca disuguhkan teks khotbah yang mengingatkan kita bahwa Allah adalah penghakim dan akan menghakimi setiap orang. Pesan ini ingin menekankan bahwa pentingnya untuk mempersiapkan diri akan akhir dari hidup kita masing-masing dan juga akhir zaman. Di tengah musim advent yang sedang kita rayakan, kita diingatkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Menyambut dan menyongsong kedatangan Kerajaan Sorga adalah moment di mana setiap orang percaya di dalam Yesus Kristus mempersiapkap diri akan kedatangan-Nya. Ketika Yesus Kristus datang Kembali ke dunia ini, maka Dia datang untuk menghakimi setiap orang (Bnd. Kis. 10:42; Ibr. 9:28; 2 Tim. 4:1). Di ay. 10, Yohanes Pembaptis berseru: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” Lalu dia kemudian menekankan kembali penghakiman itu di ay. 12: “Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."”
Satu hal yang sangat penting untuk direnungkan adalah tidak ada yang dapat menghindar dari-Nya. Yohanes Pembaptis berseru: “Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” (7b). Di sini, Yohanes Pembaptis mengingatkan bahwa tiada tempat untuk lari dari penghakiman yang berasal dari Allah. Khotbah ini tidak ingin menakuti kita melainkan mengingatkan bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil. Siapa yang telah ditebus dari dosa tetapi masih tetap hidup di dalam dosa adalah mengingkari karya Allah di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, Yohanes Pembaptis mengatakan “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan ” (ay. 8). Jika kita benar telah ditebus oleh Kristus dan mengalami pertobatan, maka sudah sepatutnya kita hidup di dalam terang kebenaran-Nya. Dengan perbuatan kita pula nanti kita akan dipisahkan sesuai dengan perbuatan kita.
2. Mempersiapkan diri: Bertobat!
Tugas panggilan kita untuk minggu ini adalah bertobat (ay. 2). Bertobat adalah persiapan yang harus ditempuh oleh mereka yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Apa itu pertobatan? Kata bertobat yang digunakan di dalam bhs. Yunani adalah metanoeō. Konfesi Augsbrug, konfesi yang menjadi salah satu patokan untuk menjadi anggota gereja-gereja Lutheran sedunia, termasuk di Indonesia, mendefinikan makna pertobatan demikian: “true repentance is nothing else than to have contrition and sorrow, or terror about sin, and yet at the same time to believe in the gospel and absolution that sin is forgiven and grace is obtained through Christ. Such faith, in turn, comforts the heart and puts it at peace” (The Book of Concord, p. 44). Secara literal berarti: “pertobatan yang benar adalah tidak lain dari menyesal dan berduka, atau merasa ngeri terhadap dosa; akan tetapi di saat yang bersamaan percaya kepada Injil dan pengampunan bahwa dosa telah diampuni dan anugerah diperoleh di dalam Kristus. Iman yang demikian, pada dasarnya, menghibur dan mendamaikan hati.”
Oleh karena itu, pertobatan berarti kita menyesali, merasa ngeri dan berduka ketika melakukan dosa. Di dalam pertobatan, kita juga mengingat akan adanya pengampunan lewat anugerah dari Yesus Kristus. Dengan anugerah-Nya, kita merasakan penghiburan dan damai sejahtera. Inilah yang disebut dengan pertobatan.
Mari persiapkan dirimu! Bertobatlah dengan menyesali dan meninggalkan dosa serta mengingat anugerah Yesus Kristus atasmu.
3. Kita dibaptis di dalam Roh.
Berita sukacita lewat teks khotbah ini adalah bahwa Roh bersama kita. Yohanes Pembaptis menekankan bahwa dia adalah hamba Kristus. Dia tidak setara dengan Kristus. Yohanes pembaptis dengan lantang membedakan dirinya dengan Kristus lewat praktik baptisan. Baptisan oleh Yesus Kristus adalah Baptisan Kudus di mana Roh Kudus dicurahkan bagi mereka yang dibaptis (ay. 11b). Bagi gereja-gereja Lutheran, baptisan adalah sakramen kudus. Baptisa Kudus adalah anugerah yang tidak dapat diupayakan lewat usaha sendiri. Perihal ini juga yang kita pahami dan peroleh di dalam Perjamuan Kudus. Oleh karena itu, di gereha-gereja Lutheran, Sakaramen hanya ada dua, yakni Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Keduanya adalah karya dan anugerah Kristus yang diberikan kepada mereka yang percaya kepada-Nya.
Kembali kepada Baptisan Kudus, Baptisan Kudus adalah anugerah Kristus yang menjadikan kita menjadi kepunyaan Kristus, yang diikat di dalam Roh Kudus, dan mewarisi Kerajaan Sorga (Yoh. 3:5; Gal. 3:27; Rom. 8:16-17; Ef. 1:13-14). Baptisan Kudus, di dalam gereja-gereja Lutheran, diikuti dengan Konfirmasi (Confirmation) atau yang lebih kita kenal dengan “Naik Sidi” atau Malua (dalam bahasa Batak) atau Katekisasi (Catechism). Kata Sidi berasal dari bahasa Sanksekerta Siddhi berarti kesempurnaan, pencapaian, dan pemenuhan. Secara sederhana frasa “Naik Sidi” hendak menekankan status kewargajemaatan dari mereka yang mengikuti kelas katekisasi atau marguru malua. Setelah belajar katekisasi kemudian, para pelajar akan mengikrarkan imannya di depan jemaat. Di sini, si pelajar katekisasi statusnya menjadi anggota penuh gereja dan juga mencapai status sebagai orang percaya yang telah belajar dan mengakui imannya secara sadar dan personal. Statusnya sebagai orang yang diharapkan mampu untuk mempertanggungjawabkan atau memberitakan iman percayanya kepada sesama. Pemahaman inilah yang dimuat di dalam istilah Malua. Dalam bahasa Batak, Malua berarti lepas. Secara sederhana mereka yang mengambil bagian di dalam kondirmasi lepas dari tanggung jawab orangtua di dalam mempertanggungjawabkan iman mereka. Iman mereka bukan lagi karena orangtua mereka, melainkan karena pilihan dan tanggung jawab pribadi sebagai orang yang telah belajar dan memahami iman kekristenan. Konfirmasi atau Sidi ini begitu penting. Oleh karena itu, Baptisan Kudus yang telah diperoleh ketika masih bayi dikonfirmasi lewat ritual katekisasi atau konfirmasi atau naik sidi atau malua.
Kenapa Baptisan Kudus oleh Roh itu adalah kabar suka cita? Karena kita dianugerahkan Roh Kudus. Roh Kudus memateraikan kita menjadi pewaris Kerajaan Sorga (Bnd. Ef. 4:30). Oleh Roh Kudus pula kita dipimpin untuk hidup di dalam kekudusan, yang oleh-Nya kita disebut sebagai anak-anak Allah (Bnd. Rom. 8:14). Besukacitalah karena Roh Kudus ada padamu. Dengan-Nya kita dimampukan untuk melakukan kehendak Allah dalam mempersiapkan diri kita menyambut Kerajaan Sorga yang sudah dekat. Ingatlah bahwa Roh Kudus jugalah yang menghiburmu di kala duka dan memimpinmu kala tantangan hidup menghadangmu (Bnd. Yoh. 14:26; Yoh. 16:13-14; Rom. 8:26).
Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!
TS
Original read here
