Memilih Bagian yang Terbaik

Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10: 38-42)

Pdt. Togu Sihite

7/18/20254 min read

Beberapa tahun lalu, ketika menjadi pendeta resort dan mengajar katekisasi, saya meminta murid-murid untuk menuliskan seluruh ambisi mereka dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Setelah dituliskan, saya kemudian berbicara dengan setiap murid sacara empat mata untuk menggali lebih dalam motivasi dan alasan di balik daftar ambisi mereka tersebut. Menariknya, dari lima belas siswa sidi tersebut, mereka menuliskan satu perihal yang sama, yakni menjadi sukses, kaya, dan punya banyak uang. Jujur, siapa di antara kita yang tidak akan menuliskan hal yang demikian? Kemungkinan besar kita akan menuliskan hal yang sama, bukan? Dari sini, saya menyimpulkan bahwa manusia ingin punya uang untuk kebutuhannya sehari-hari. Walaupun mereka masih mayoritas kelas 2 SMA, namun pikiran mereka telah menjagkau hal demikian.

Teks khotbah minggu ini merupakan peristiwa ketika Yesus datang bertamu ke rumah Marta. Marta sendiri memiliki saudara perempuan bernama Maria. Di tengah kehadiran Yesus, yang pada waktu itu telah terkenal di seluruh penjuru kota Jerusalem dan Bethani, kampung di mana Marta tinggal, Marta sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjamu Yesus. Nampaknya mereka hendak melakukan perjamuan makan. Di lain sisi, Maria justru asik duduk mendengar Yesus mengajar dan tidak menghiraukan Marta. Marta yang melihat itu pun mengeluh dan meminta Yesus untuk menyuruh Maria membantunya melayani. Tetapi Yesus berkata bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik. Jika kita diminta untuk mendaftarkan list harapanmu di masa depan, seperti anak-anak sidi tadi, apa yang ada pada daftar teratas? Apakah kita seperti Marta yang mengutamakan kebutuhan orang lain ketimbang dirinya sendiri? Atau seperti Maria yang mengetahui apa bagian yang terbaik baginya? Salahkah Marta melayani para tamu? Bukankah yang dilakukan oleh Marta adalah etika tuan rumah di dalam menjamu tamu, di mana dalam kisah Marta ini, tamu yang datang adalah Yesus? Bukankah itu sebuah kebanggaan, Yesus yang adalah Tuhan datang ke rumahnya dan sudah selayaknya untuk dilayani? Bagaimana kita sebaiknya memahami teks khotbah ini? Mari kita renungkan sebagai berikut.

Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Tuhan kita di dalam Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadi pelayan bagi kita untuk menebus kita dari dosa dan maut.

Ada dua hal yang perlu diingat di dalam teks ini, mengapa Yesus justru seolah menghiraukan permintaan Marta agar Maria menolongnya melayani tamu. Pertama, Yesus, yang mereka kenal sebagai guru yang mengajar dan melakukan banyak mujizat (lihat pasal-pasal sebelumnya), datang untuk melayani. Injil Matius menuliskan bahwa Yesus berkata, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” (Mat. 20:28). Kata diakoneo dipakai di kedua teks ini, Mat. 20:28 dan Luk. 10:40. Kedua, Yesus melihat bahwa Marta diganggu atau dihalangi oleh kegiatan mempersiapkan jamuan makan ketimbang mendekat dan mendengarkan pengajaran Yesus. Lembaga Alkitab Indonesia atau LAI menerjemahkan frasa Μάρθα περιεσπᾶτο περὶ πολλὴν διακονίαν, "Marta sibuk sekali melayani." Terjemahan yang lebih tepat adalah “Marta diganggu oleh banyak pelayanan.” Kata peristao begitu penting untuk ditekankan, yang dalam bentuk pasifnya berarti 'diganggu'. Kenapa pelayanan itu mengganggunya? Tentu melayani tamu itu baik. Akan tetapi saat itu duduk di samping Yesus dan mendengarkan Yesus adalah pilihan yang terbaik, sebab tidak akan mudah untuk mendapat tempat duduk tepat di samping kakinya dan mendengar pengajaran-Nya secara dekat. Terlebih banyak orang yang ingin berjumpa dan menjamu Yesus waktu itu. Dengan demikian, duduk di dekat Yesus dan mendengarkan pengajaran-Nya adalah bagian yang terbaik sebab Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani.

Hal sederhana bisa saja terjadi di amasa kini. Di Indonesia, terlebih di gereja-gereja Lutheran di daerah Sumatera Utara, ada tradisi partangiangan. Namun, seringkali tuan rumah yang menjadi tempat partangiangan ada yang menolak. Kenapa? Saya kaget karena ada yang menolak karena takut tidak bisa menyediakan makanan atau snack bagi para jemaat yang hadir. Di sini, partangian seakan menjadi beban dan lebih fokus kepada pelayanan memberikan makanan ketimbang essensi pemberitaan kabar keselamatan.

2. Mengutamakan Kerajaan Allah Adalah pilihan yang terbaik.

Respons terhadap Tuhan kita yang adalah pelayan bagi kita adalah mengutamakan Kerajaan Allah di dalam hidup kita. Inilah pilihan yang terbaik. Kembali ke murid-murid sidi tadi, saya senang karena dari kelima belas murid tadi dua di antara mereka ada yang menuliskan bahwa mereka ingin menjadi pribadi yang takut akan Tuhan dan menjadi lebih dewasa. Ini hal yang sederhana. Akan tetapi, kita bisa melihat bahwa mereka memiliki niat yang baik untuk menjadi pribadi yang dekat dengan Tuhan dan menjadi dewasa di kemudian hari. Ini seperti apa yang dipilih oleh Maria. Marta, tentu tidak sepenuhnya salah. Kita bahkan tidak dapat menyalahkannya. Yesus sendiri tidak menyalahkannya. Sebaliknya, Yesus mengingatkan bahwa pilihan yang terbaik saat itu adalah duduk di samping Yesus dan mendengar pengjaran-Nya. Maria memilih bagian yang terbaik.

Saya sedikit auto kritik. Saya sebagai pendeta tentu sering bercermin. Apakah saya terlalu sibuk dengan pelayanan, namun essensi pelayanan itu sendiri menjadi hambar dan tanpa arti. Menurut saya, saya juga perlu untuk diperlengkapi dan diajar oleh Roh Kudus sebelum terlebih dahulu melayani umat.

Auto kritik selanjutnya adalah banyak sekali para pendeta, termasuk saya, yang sibuk mengkhotbahi umat, tetapi tidak punya waktu dengan anak-anaknya atau adik dan keluarganya. Akibatnya, banyak anak dan keluarga pendeta yang justru jauh dari Tuhan. Ini disebabkan oleh penghalang atau penggaggu tadi. Terganggu dengan kesibukan tradisional dan formalitas semata yang nihil makna dan dampak.

3. Keselamatanmu tidak dapat diambil darimu!

Berita suka cita bagi kita adalah keselamatan kita tidak dapat diambil oleh siapapun sebab itu adalah anugerah Allah bagi kita. Yesus berkata bahwa “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Bagian tersebut yakni keselamatan dan hidup (Yoh. 14:6). Siapapun kita dan apapun latar belakang kita, ketika kita memilih bagian yang terbaik di dalam hidup ini, yakni Kerajaan Allah, maka itu tidak akan dapat diambil oleh siapapun. Kata Yunani yang digunakan adalah meris berarti bagian atau porsi. Kata ini di dalam perikop ini merujuk kepada bagian keselamatan dengan menjadi pewaris Kerajaan Allah (Rom. 8:17). Berbahagialah sebab bagian kita yang percaya kepada Yesus Kristus, yakni keselamatan itu tidak akan direbut oleh orang lain.

Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Original read here

Prayer Request