grayscale photo of babys feet

Menjadi Manusia Baru di dalam Kristus

"Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;" (Kolose 3:5-11)

8/6/20253 min read

Pernah suatu ketika saya mendengar sebuah cerita dari seorang pegawai di sebuah Perusahaan swasta di Chicago. Kebetulan dia adalah teman saya. Dia bercerita tentang bos barunya yang baik, ramah, dan peduli. Hal tersebut membuatnya begitu senang. Saya lalu menimpalkan dengan bertanya kenapa dengan bos sebelumnya. Lalu, dia bercerita panjang bahwa bos sebelumnya agak menakutkannya. Dia tidak pernah senyum dan terlalu serius di dalam setiap hal. Kemudian, dia tidak segan membentak karyawan yang salah. Hal tersebut membuat si bos tadi sangat ditakuti oleh para karyawannya. Saya pun berkomentar bahwa setiap pemimpin itu memiliki gaya dan kepribadiaannya masing-masing. Jadi tidak bis akita menyamaratakan setiap orang itu sama.

Nah, teks khotbah minggu ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana menjadi manusia baru di dalam Kristus. Apa hubungannya dengan cerita singkat di atas? Bos baru dari si Kawan tadi memperlihatkan hal-hal baru di dalam perusahaan tempat dia bekerja. Bosnya yang sekarang berkharakter berbeda dengan bos sebelumnya. Menarinya lagi, si bos baru itu memperlihatkan kepribadiaan "seorang manusia baru" yang di ajarkan oleh teks khotbah ini. Beberapa minggu lalu kita juga telah mendengar khotbah tentang “Menjadi Ciptaan Baru.” Minggu ini kita diajak untuk mendalaminya lagi dengan memperlihatkan bagaimana menjadi manusia baru di dalam Kristus.

Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Allah di dalam Yesus Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

Ay. 11 mengaskan bahwa semua orang sama di hadapan Kristus. Tidak ada perbedaan di antara kita. Di sini diperlihatkan beberapa pembeda di tengah masyarakat di Kolose waktu itu, yakni ada orang Yunani atau Yahudi, bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, dan budak atau orang Merdeka. Banyak aspek sosial yang terkadang justru memecah belah tak hanya Masyarakat tetapi juga jemaat di Kolose waktu itu. Perihal di atas adalah alasan dari perpecahan tersebut. Oleh karena itu, Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose mengingatkan bahwa mereka adalah sama di dalam Kristus. Satu hal yang menyamakan mereka adalah Kristus ada di dalam mereka. Itu sebabnya, Paulus berujar bahwa Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Perkataan ini ingin mengingatkan bahwa Kristus memberikan aspek pembaharuan di dalam setiap ciptaan di dengah dunia ini. Kita, khususnya, manusia adalah ciptaan baru. Kita adalah manusia baru di dalam Kristus. Oleh karena itu, sebagai orang percaya penting untuk mengingat bahwa Kristus adalah di dalam kita. Kita ini adalah milik Kristus. Allah yang kita sembah adalah Allah yang ada di dalam kita. Dia bersama-sama dengan kita. Dia yang menjadi pembeda kita dengan dunia ini.

2. Mematikan sesuatu yang duniawi di dalam diri.

Selanjutnya, kita dipanggil untuk bertindak dengan ‘mematikan’ sesuatu yang duniawi sifatnya. Saya menggunakan tanda petik di kata ‘mematikan’ sebagai penanda bahwa makna di sini bukanlah secara literal melainkan secara figuratif. Maksudnya adalah kita harus meninggalkan sifat-sifat duniawi, seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, dan penyembahan berhala. Ini semua mendatangkan murka Allah. Selanjutnya, karakter keduniawian adalah marah, geram, kejahatan, fitnah, dusta, dan kata-kata kotor. Teks khotbah kita menekankan mereka adalah “orang-orang durhaka.” Apa itu durhaka? Durhaka adalah ingkar terhadap perintah, termasuk perintah Tuhan. Ada dua hal penting di dalam bagian ini yang perlu untuk kita garis bawahi. Pertama, perihal duniawi di sini berkaitan erat dengan segala sesuatu yang mendatangkan murka Allah. Kedua, mendatangkan murka Allah berarti menjadi orang durhaka terhadap Allah. Bagaimana kita ‘mematikan’nya? Kita ‘mematikan’nya dengan melakukan kebaikan, seperti kasih, sukacita, damai sejahetera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal. 5:22).

3. Kita terus-menerus diperbaharui oleh Allah.

Berita sukacita bagi kita adalah kita diperbaharui oleh Allah terus-menerus (ay. 10). Paulus menggunakan analogi pakaian di sini. Kemanusiaan baru itu bagaikan pakaian baru yang dibaharui-terus menerus. Ini ingin memperlihatkan bahwa kita setiap saat terus menerus memperharui diri di dalam Kristus. No bodies perfect! Artinya tidak ada manusia yang sempurna. Peribahasa ini mengingatkan kita bahwa kita tidak sempurna. Oleh karena itu, kita perlu untuk memperharui diri setiap saat sebab kita tidak sempurna. Kita diperbaharui terus-menerus di dalam Roh. Di dalam Roh, kita mampu untuk ‘mematikan’ kemanusiaan lama kita dan mengenakan kemanusiaan baru kita di dalam Kristus. Selamat menjadi manusia baru. Ingatlah kita baru sebab Allah kita di dalam Yesus Kristus ada di dalam kita.

Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Original read here